Jakarta, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah bekerja sama dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko dan Bahana Sekuritas menyelenggarakan kegiatan Talkshow Bincang Ekonomi Syariah Terkinie (BESTIE) seri 2 tahun 2023 dengan tema “Peluang Investasi Melalui Sukuk Ritel SR018” pada hari Selasa (14/3) di selasar Gedung Djuanda II Kementerian Keuangan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan memperluas cakupan investor Sukuk Ritel seri SR018 di lingkungan internal Kementerian Keuangan, serta Kementerian dan Lembaga Anggota KNEKS. Sosialisasi ini dilaksanakan bersamaan dengan masa penawaran SR018 yang berlangsung dari tanggal 3 Maret hingga 29 Maret 2023.
Turut hadir dalam acara Taufik Hidayat selaku Plt. Direktur Eksekutif Manajemen Eksekutif KNEKS, Oza Olavia selaku Plt. Kepala Sekretariat KNEKS, Gandhy Setiawan selaku Direktur Pemantauan dan Kinerja Sekretariat KNEKS, Yolanda V. Sondakh selaku Direktur Capital Market Trading PT Bahana Sekuritas, serta Narasumber talkshow, yaitu Hestiaty Ningtyas selaku Perumus Peraturan, Evaluasi Kinerja, dan Manajemen Risiko Transaksi Surat Berharga Syariah Negara Senior Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Dzulfikar Kharisma selaku Founder Dana Rakca Financial Planner Club Kemenkeu, serta Ariawan selaku Head of Fixed Income Research PT Bahana Sekuritas.
Dalam sambutannya, Taufik Hidayat menyampaikan bahwa Sukuk Ritel merupakan salah satu instrumen investasi yang aman dan menguntungkan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan Sukuk ritel tidak hanya sesuai prinsip syariah, tapi juga dapat memberikan keuntungan berupa imbal hasil yang menarik, berkontribusi membangun negara, serta dijamin pokok dan imbal hasilnya (berdasarkan UU SBSN Nomor 19 Tahun 2008 dan UU APBN).
Harapannya, dengan diselenggarakannya sosialisasi peluang investasi melalui Sukuk Ritel SR018, masyarakat umum termasuk di lingkungan Kementerian Keuangan serta kementerian dan lembaga anggota KNEKS dapat lebih memahami dan berminat berinvestasi melalui instrumen keuangan syariah, khususnya di instrumen Sukuk Ritel.
Kemudian, pada sambutan kedua, Oza Olavia mengatakan bahwa salah satu tantangan terbesar keuangan syariah adalah inklusi dan literasi. Berdasarkan survei SNLKI OJK, perkembangan Inklusi Keuangan Syariah hingga tahun 2022 menunjukkan bahwa secara nasional hanya 12,12% penduduk dewasa Indonesia yang pernah menggunakan produk/layanan keuangan syariah, dan hanya 9,14% penduduk dewasa yang memiliki literasi keuangan syariah yang baik.
Dengan diadakannya acara sosialisasi ini, harapannya dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan inklusi dan literasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, serta mendukung kesuksesan penerbitan Sukuk Ritel SR-018. Hal ini sejalan dengan tagline yang diusung pada Sukuk Ritel kali ini yaitu “Pilihan Berharga untuk Kemandirian Bangsa”.
Narasumber Pertama, Hestiaty Ningtyas, menjelaskan bahwa diterbitkannya sukuk ritel bertujuan untuk membiayai APBN dan membiayai Pembangunan Proyek APBN di Indonesia sekaligus memperluas basis investor dalam negeri.
Adapun sejak tahun 2019 pembelian sukuk ritel sudah bisa di beli secara online dan tidak perlu pergi ke bank. Selain itu, sukuk ritel juga diterbitkan untuk mendukung stabilitas pasar keuangan domestik, dan menyediakan produk investasi/diversifikasi investasi bagi investor Individu.
Kemudian, sejak tahun 2013, Sukuk Negara yang telah diterbitkan oleh Pemerintah telah dimanfaatkan untuk pembiayaan proyek infrastruktur, dengan total proyek senilai Rp 209,82 triliun dengan jumlah 5.126 proyek di 37 Provinsi di seluruh Indonesia.
Narasumber selanjutnya, Dzulfikar Kharisma, menyampaikan terkait investasi yang merupakan hal penting untuk masa depan, bukan hanya untuk “gaya-gayaan”.
“Maka dari itu sebelum berinvestasi, perlu dipastikan terlebih dahulu kesehatan finansial serta tidak sampai dikorbankan kebutuhan lain yang lebih utama, dipahami resiko, jenis instrumen dan tujuan berinvestasi, serta dilakukan diversifikasi aset dan dilakukan evaluasi berkala terkait investasi yang dilakukan,” ujar Dzulfikar.
Pada sesi terakhir, Ariawan, menyampaikan pada tahun 2023 diperkirakan ekonomi global akan melambat dikarenakan kenaikan suku bunga acuan global secara agresif di tahun 2022. Sementara itu, dengan pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada tahun 2022 di 5% perekonomian di Indonesia diperkirakan akan tetap kuat di tahun 2023. Ketahanan pasar surat berharga Indonesia juga semakin baik seiring dukungan yang lebih kuat dari investor domestik.
Penulis: Bazari Azhar Azizi, Nadya Rose
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain