IDEN
Inovasi Pendidikan Ekonomi Islam bagi Generasi Digital Native
16 September 2021

Jakarta, KNEKS - Pandemi Covid-19 saat ini memberikan dampak dan tantangan besar bagi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menciptakan generasi muda ekonomi Islam yang unggul. Dalam Sharia Inspirative Talks episode 7, KNEKS mengulas Inovasi Pendidikan Ekonomi Islam bagi Generasi Digital Native dan mengundang Bayu Arie Fianto, selaku Ketua Program Studi Ekonomi islam Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai narasumber pada Senin (13/9). 

“Di UNAIR sendiri, kami sebenarnya sudah siap, sudah ada e-learning system, sebelum pandemi, cuman waktu itu pemanfaatannya masih kurang dari 10-20%. Begitu pandemi, itu langsung 100% menggunakan e-learning,” ujar Bayu. Pada fakultas ekonomi UNAIR, semua pembelajaran perkuliahan sudah terpusat pada sistem e-learning, sehingga tidak lagi menggunakan WhatsApp dan email.

Pada awal tahun 2020, Bayu mendirikan kanal YouTube pribadi untuk konten edukasi yang kini memiliki sekitar 4380 subscriber. “Itu (kanal YouTube) akhirnya mempermudah saya masuk di pandemi, karena sudah ada modal video-video yang cukup banyak, tinggal ditautkan ke e-learning system nya UNAIR dan kebetulan saya juga mengajar mata kuliah yang sama, seperti metpen (metodologi penelitian), seminar, atau bank syariah,” ujar Bayu.

Sistem pembelajaran tersebut disambut baik oleh para mahasiswa, ditunjukkan dengan hasil evaluasi yang menyatakan mahasiwa lebih menyukai bentuk pembelajaran melalui video. “Saya kadang nginep di hotel khusus untuk mengambil video, sehari bisa bikin tiga video dikonsep dulu, shooting sendiri, pasang tripod sendiri, rekam sendiri, dan kirim ke asisten untuk diedit,” ujar Bayu.

Bentuk inovasi pembelajaran kedepannya dapat berupa kompetisi dimana mahasiswa akan diberikan sticker atau badges apabila menyelesaikan suatu pembelajaran tertentu. Bayu juga menambahkan bahwa aspek evaluasi pembelajaran juga diperlukan inovasi yang dapat mencegah tindakan curang mahasiswa dalam mengerjakan ujian.

“Inovasi itu bagaimana supaya mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang sama, saat sebelum pandemi, kita (UNAIR) harus mendesain kelas kita, harus mengkonsep pembelajaran dan penyampaiannya bagaimana, kemudian apakah setiap hari ada kuisnya atau tidak,” ujar Bayu.

Selanjutnya, Bayu menambahkan bahwa inovasi tidak hanya terkait proses pembelajaran, tetapi meliputi berbagai aspek, seperti evaluasi dan motivasi mahasiswa, Aspek motivasi mahasiswa menjadi hal yang terpenting, mengingat era digital ini pengetahuan dapat diakses dimana saja. Oleh karena itu, dibutuhkan lingkungan yang menginspirasi mahasiswa agar tetap aktif dalam perkuliahan.

Sementara itu, di sisi lain, UNAIR saat ini aktif menjalankan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mahasiswa dibebaskan untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan dapat dikonversi menjadi SKS mata kuliah. “Kita (UNAIR) inovasinya adalah bekerja sama sebanyak mungkin, dengan stakeholders, partner-partner kita, tinggal dipilih mana yang paling pas bagi mahasiswa Ekis (Ekonomi Islam),” ujar Bayu. Selain itu, program studi ekonomi Islam juga sudah berinovasi dengan melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri dalam kuliah tamu bagi para mahasiswanya.

Di era digital native, mahasiswa dapat mencari sumber ilmu dari mana saja dengan mudah. Sehingga penyelenggara pendidikan, khususnya program studi ekonomi Islam harus mempunyai ciri khasnya masing-masing untuk membantu mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih mendalam. “Di UNAIR sendiri lebih ke Islamic social finance, jadi lebih ke pembahasan tentang microfinance, kemudian zakat dan wakaf, karena banyak pakar-pakarnya ada disitu (UNAIR),” ujar Bayu. Dengan ciri khas tersebut, dapat memberikan gambaran fokus studi bagi mahasiswa.

Tantangan terbesar dalam era digital native ini terletak pada mengajarkan komitmen dan disiplin kepada mahasiswa serta memberikan inspirasi melalui komunitas yang tepat. “Generasi muda ekonomi Islam bahwa boleh berkarya dimana saja yang sesuai dengan passion masing-masing, passion tersebut dapat ditemukan dengan mengikuti organisasi dan memiliki lingkup pertemanan yang membuat kita berkembang,” kata Bayu menutup diskusi.

Penulis: Harris, Iqbal
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain

Berita Lainnya