Jakarta, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Aceh, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Jawa Tengah (Jateng) melakukan identifikasi potensi bahan-bahan baku unggulan halal Indonesia pada Jumat (9/7). Hal ini dilakukan dalam rangka peningkatan pengembangan industri produk halal Indonesia guna memperkuat perekonomian nasional.
Dalam agenda teknis ini turut hadir jajaran Kepala Bidang (Kabid) dari masing-masing instansi beserta analis terkait. Muhammad Quraisy, Analis Kebijakan Divisi Riset Ekonomi Syariah KNEKS mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan salah satu langkah untuk mengetahui dan mengkonfirmasi potensi bahan-bahan baku unggulan halal daerah di Provinsi Aceh, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.
“Terutama di sektor makanan, farmasi, obat-obatan, dan proses produksi bahan-bahan tersebut. Juga pelaku pelaku industri di ketiga provinsi tersebut,” ujar Quraisy.
Kabid Perekonomian Bappeda Aceh Reza Ferdian menjelaskan Provinsi Aceh memiliki komoditas-komoditas unggulan, antara lain kopi, kakao, dan ikan tuna. Program Dataran Tinggi Gayo Alas (DTGA) yang dimiliki oleh Bappeda Aceh merupakan komitmen Pemerintah Aceh dalam pengembangan industri halal.
“Pemerintah Provinsi Aceh sedang berupaya untuk membuat kopi yang 100% organik dan halal. Bukan hanya berlabel organik saja, tetapi juga benar-benar memperhatikan kualitas dan kehalalan disetiap prosesnya” tutur Reza.
Sementara itu, Nasuad Tawang, Kabid Perekonomian Bappeda Sulsel memaparkan Provinsi Sulawesi Selatan juga memiliki komoditas yang tidak jauh berbeda dengan Provinsi Aceh, yaitu kopi, kakao, rumput laut, padi, jagung, kedelai, sapi, dan ikan tuna.
“Saat ini Bappeda Sulsel sedang merancang pengembangan kawasan khusus yang terletak di Danau Tempe, di mana komoditas utamanya adalah padi dan komoditas penunjangnya adalah peternakan seperti sapi dan kambing, serta hasil hortikultura,” pungkas dia.
Nasuad kemudian menambahkan saat ini sapi dan rumput laut merupakan produk unggulan Provinsi Sulawesi Selatan. “Untuk pengembangan sapi tetap difokuskan di daerah Kabupaten Gowa yang terkenal dengan lumbung sapi. Sedangkan untuk komoditas rumput laut, permasalahan yang dihadapi adalah kualitas rumput laut yang dihasilkan oleh petani tidak bisa diterima oleh perusahaan pengumpul. Selain itu, jarak dari lokasi budidaya dan perusahaan pengepul juga cukup jauh. Kualitas yang kurang baik ini disebabkan oleh minimnya teknologi yang digunakan oleh petani,” ujar Nasuad.
Adapun Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi komoditas unggulan di bidang peternakan, yaitu sapi dan kambing. Selain peternakan, ikan, porang, nanas juga merupakan potensi bahan baku dari Jateng.
Yusmanto, Kabid Perekonomian Bappeda Jateng mengatakan, “Produksi ikan di Jawa Tengah cukup tinggi dan terus bertumbuh di masa pandemi saat ini. Sentranya berada di daerah pantai utara Jawa Tengah mulai dari Rembang sampai Brebes.”
Hal ini terbukti dari data tahun lalu, yang menunjukkan ketika komoditas lain terdampak, nilai ekspor komoditas ikan dan rajungan terus bertumbuh.
Menurut Yusmanto, komoditas ikan dan rajungan memiliki peluang yang besar sebagai sumber lokal halal untuk bahan baku subsitusi non-halal yang diambil dari Chitin Chitosan (sejenis zat gula berasal dari kerangka atau cangkang hewan laut) untuk pembuatan gelatin.
"Karena itu dibutuhkan proyek percontohan (pilot project) untuk pengembangan ini. Selain itu juga diperlukan gambaran standar produk gelatin ataupun kualitas Chitin Chitosan yang dibutuhkan. Sama halnya juga untuk standar kulit dan tulang kambing dan sapi dan juga porang,” ungkap Yusmanto menambahkan.
Penulis: Nadiah Hidayati
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain