IDEN
KNEKS Tegaskan Komitmen Perkuat Ekonomi Syariah Lewat FESyar Jawa 2025
17 September 2025

Surabaya, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menegaskan komitmen untuk terus mengorkestrasi penguatan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah nasional melalui Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2025 yang resmi dibuka di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Jumat (12/9). Gelaran tahunan yang diinisiasi Bank Indonesia bersama KNEKS dan didukung pemerintah daerah ini mengusung tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi Regional.”

Direktur Eksekutif KNEKS, Sholahudin Al Aiyub, menyampaikan bahwa FESyar Jawa memiliki makna strategis bagi peta jalan ekonomi syariah Indonesia. Dalam seminar flagship FESyar Jawa 2025, ia mengatakan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga global dalam ekosistem ekonomi syariah dan ditargetkan menjadi peringkat pertama pada 2029.

“Arah pengembangannya sudah jelas melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) 2025-2029 yang disusun KNEKS. KNEKS bersama Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) memastikan implementasi kebijakan berjalan terukur di pusat maupun daerah,” tutur Sholahudin.

Selain itu, menurutnya, ekonomi syariah adalah masa depan bangsa yang harus diintegrasikan ke dalam pembangunan daerah. Islam bukan hanya ritual, tetapi jalan hidup yang mencakup seluruh aspek, termasuk sistem ekonomi.

“Karena itu, pemerintah daerah wajib mengintegrasikan ekonomi syariah dalam pembangunan wilayahnya. Keberhasilan ekonomi syariah hanya bisa dicapai jika dilakukan secara berjamaah, berkolaborasi, dan saling menguatkan, layaknya bangunan yang kokoh,” katanya menambahkan.

Jawa Timur sebagai Episentrum Ekonomi Syariah

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa FESyar bukan sekadar agenda tahunan, melainkan gerakan sosial-ekonomi lintas sektor yang tumbuh di tengah masyarakat. Jawa Timur disebut sebagai episentrum pengembangan ekonomi syariah karena memiliki 4.450 pesantren dengan 566.000 santri.

“Melalui FESyar, kami ingin menjadikan Jawa Timur bukan hanya gerbang santri untuk Indonesia, tetapi juga untuk dunia,” kata Khofifah menegaskan.

Khofifah juga menyoroti penguatan sertifikasi halal dan dukungan terhadap UMKM sebagai agenda prioritas. Hadirnya Kawasan Industri Halal (KIH) di Sidoarjo sebagai yang pertama dan terbesar di Indonesia disebut memperkokoh posisi Jawa Timur sebagai pemimpin sektor halal nasional.

Sinergi Program dan Penguatan Literasi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Ibrahim, memperkenalkan program “Satu Gerbang” (Sinergi, Amanah, Tumbuh, Unggul) sebagai simbol sinergi ekosistem ekonomi syariah regional.

“Ekosistem ekonomi syariah terus meningkat, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Sinergi inilah yang kemudian diwujudkan dalam program Satu Gerbang yang selaras dengan visi pembangunan Jawa Timur,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (DEKS BI), Imam Hartono, menegaskan bahwa Jawa Timur adalah wilayah strategis dalam pengembangan ekonomi syariah nasional. Imam menyatakan, “FESyar Jawa adalah embrio dari ISEF yang pertama kali digelar di Surabaya. Karena itu, FESyar Jawa harus tetap di Jatim sebagai pusat penguatan ekosistem ekonomi syariah nasional.”

Dari sisi tantangan, Direktur Eksekutif OJK, Deden Firman Hendarsyah, menyoroti adanya gap literasi keuangan. Data tahun 2025 mencatat literasi keuangan konvensional sebesar 66,64%, sementara literasi keuangan syariah baru mencapai 43,42%. Data aset keuangan syariah adalah 11,4% dan dari sisi perbankan syariah sekitar 7,4%. Deden mengungkapkan bahwa gap literasi ini harus segera dijawab dengan strategi edukasi yang lebih masif.

Dalam forum ini, Guru Besar Universitas Airlangga, Nafik, juga mengatakan bahwa Indonesia menduduki posisi kedua dunia dalam sektor pariwisata halal. Meski begitu, menurutnya masih terdapat dua permasalahan utama, yaitu lemahnya edukasi dan sosialisasi serta kurangnya riset dan pengembangan (R&D). Menurutnya kedua hal tersebut perlu segera diperkuat agar ekonomi syariah Indonesia semakin kompetitif secara global.”

KNEKS Sebagai Konduktor Nasional

Partisipasi aktif KNEKS dalam FESyar Jawa 2025 menegaskan peran lembaga ini sebagai konduktor nasional dalam orkestrasi pengembangan ekonomi syariah. KNEKS tidak hanya memperkuat koordinasi lintas kementerian/lembaga, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan nasional dapat terimplementasi hingga ke level daerah melalui KDEKS.

Sholahudin menutup dengan optimisme bahwa FESyar menjadi wahana kolaborasi nyata. Ia mengatakan bahwa FESyar adalah ruang untuk menyatukan visi, strategi, dan aksi.

“Dari Jawa Timur, kita bawa semangat sinergi ke level nasional hingga global. Dengan kolaborasi terarah, ekonomi syariah akan menjadi motor transformasi ekonomi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.

Penulis: Ayu Putri Aprileani
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain

Berita Lainnya