Banda Aceh, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) melakukan kunjungan kerja ke Atsiri Research Center (ARC) yang berlokasi di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (12/09). Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk mengetahui dan memetakan potensi dari Atsiri Research Center (ARC) yang merupakan salah satu pusat riset atsiri di Indonesia.
Kunjungan kali ini dipimpin oleh Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah, Sutan Emir Hidayat, yang didampingi oleh 2 analis Divisi Riset Ekonomi Syariah, Fayca Rudhatin dan Nadiah Hidayati serta 1 analis Divisi Pengembangan Halal Assurance System, Direktorat Industri Produk Halal, Ryanda Al Fathan. Perwakilan dari KNEKS disambut langsung oleh Syaifullah Muhammad selaku Kepala Atsiri Research Center.
Syaifullah menyampaikan sudah 5 tahun terakhir ini harga nilam Aceh relative stabil. Selain itu, ARC sendiri sudah berhasil mengembangkan berbagai macam produk turunan seperti parfum, skincare, sabun, dsb, diharapkan kedepannya produk-produk yang dihasilkan oleh ARC mengantongi sertifikasi halal.
“Dokumen-dokumen untuk sertifikasi halal sedang diperbaharui, targetnya tahun ini akan mendapatkan sertifikasi halal,” ujar Syaifullah
Emir kemudian menyampaikan bahwa KNEKS siap berkolaborasi dan bersinergi dengan Atsiri Research Center. Potensi kerja sama yang dapat dilakukan dengan Atsiri Research Center antara lain ialah menindaklanjuti terkait sertifikat halal produk dan alat produksi Atsiri Research Center.
“Hal ini diperlukan untuk mendukung akselerasi sertifikasi produk halal di Indonesia. KNEKS selalu berupaya melakukan sinergi dengan stakeholders untuk percepatan pengembangan dan inovasi produk halal di Indonesia demi mewujudkan visi Indonesia sebagai Produsen Halal Dunia 2024.” Ungkap Emir.
ARC sendiri didirikan untuk mensupport masyarakat, khususnya dibidang inovasi. ARC telah menyusun Masterplan Pengembangan Industri Nilam Aceh. Nilam merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk industri parfum, kosmetik, dan obat – obatan. Nilam pun memiliki potensi sebagai bahan halal substitusi asam amino, lemak, enzim dan gelatin yang berasal dari bahan non halal. Hingga saat ini, Indonesia mensuplai 90% nilam dunia yang mana 70% nya berasal dari Aceh.
Penulis: Nadiah Hidayati, Ryanda Al Fathan
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain