IDEN
Curahan Hati Mereka yang Gagal Berangkat Haji
27 July 2020

Jakarta, KNEKS - Mimpi berangkat haji 1441H/2020M para calon jemaah haji terpaksa kandas. Pandemi Covid-19 yang belum usai membuat pemerintah terpaksa membuat keputusan pembatalan haji.

Keputusan ini menuai tanggapan dari berbagai kalangan, termasuk dari para calon jemaah haji yang harusnya berangkat. Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) menangkap curahan hati dari para calon jemaah haji gagal berangkat dan orang disekitarnya.

Seperti Dian Arviani. Ia mengaku sedih sekali atas keputusan pembatalan itu. Kesempatan yang sudah dinanti-nanti bertahun-tahun batal. Arviani sudah menyiapkan semua, baik jasmani maupun rohani. Syarat-syarat keberangkatan seperti kesehatan juga telah dilakukan. Begitupun, aspek materil juga telah dipersiapkan untuk orang yang akan ditinggal selama berangkat haji.

Meski begitu perempuan yang berprofesi sebagai pengusaha wedding organizer ini juga legowo, karena pembatalan atas dasar pandemi Covid-19.  “Sedih banget, tapi mau gimana lagi keadaan Covid-19 menyangkut nyawa orang banyak juga. Apalagi yang batal seluruh dunia bukan saya sendiri, jadi sedikit merasa lega,” ucap Avriani.

Ia bersyukur, pembatalan ini membuatnya terhindar dari ancaman Covid-19. Selain itu, kejadian ini turut melatihnya agar lebih ikhlas dan sabar. Waktu yang diundur bisa menjadi kesempatan baginya mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk tahun depan.

Pembatalan haji 1441H/2020M, membuat pemerintah memundurkan jadwal keberangkatan satu tahun ke depan. Hal itu menjadi harapan Avriani.

Ia meminta pemerintah memegang teguh atas keputusan memprioritaskan jemaah haji 1441H/2020M untuk berangkat di 2021. Terlebih yang paling dikhawatirkannya adalah calon jemaah gagal berangkat haji yang sudah lanjut usia. Untuk itu ia sangat berharap jangan ada penundaan lagi.

Bagi mereka yang gagal berangkat, pemerintah memberi kesempatan para calon jemaah haji bisa menarik kembali dana pelunasan haji. Avriani termasuk yang menggunakan kesempatan penarikan itu. Ia terpaksa melakukan penarikan karena sedang membutuhkan uang untuk biaya anak sekolah. Kondisi pandemi Covid-19 membuat usaha wedding organizer­-nya sepi pesanan.

Curahan hati atas gagalnya keberangkatan haji tidak hanya dirasakan para calon jemaah haji, tapi juga dirasakan orang sekitarnya. Gasto Vernando, pria non-muslim yang merupakan majikan dari seorang Asisten Rumah Tangga (ART) yang seharusnya berangkat haji 2020 pun turut berempati atas kejadian yang menimpa ART-nya dan seluruh calon jemaah haji 2020.

ART yang bekerja di rumahnya tersebut bernama Mariam. Berdasarkan cerita Nando, Mariam berusia sekitar 50 tahun dan sudah bekerja di rumahnya sudah hampir tiga tahun. Mariam ini sangat berhasrat untuk pergi haji.

Mariam bercerita kepada Nando, ia mengurus haji itu ke seorang yang disebut Pak Haji di daerah Bogor yang entah siapa nama aslinya, Nando tidak tahu. Setiap akhir pekan, Mariam tidak lelah-lelahnya selalu pergi ke Bogor untuk mengurus persiapan haji ke Pak Haji. Syarat-syarat seperti biaya, kesehatan, manasik haji Mariam, semua diserahkan ke Pak Haji ini.

Nando turut mendukung dan merasa senang dengan niatan Mariam untuk menunaikan salah satu rukun Islam ini. Ia mengizinkan Maryam setiap akhir pekan untuk pergi mengurus keperluan haji. Tugas Maryam tiap akhir pekan bisa ditangani Nando, karena pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini libur bekerja di akhir pekan.

Nando terus memperhatikan dan menjadi teman bercerita ART-nya ini untuk bisa berangkat haji. Maka dari itu, ketika akhirnya pemerintah memutuskan untuk membatalkan haji tahun ini, Nando pun turut merasa terpukul.

Meski begitu, ia bisa mengerti dengan alasan pemerintah membatalkan penyelenggaraan haji. Pandemi Covid-19 ini merupakan di luar kuasa manusia.

Nando berpesan kepada Mariam agar bersabar atas keputusan pembatalan ini. Bahwa ada hikmah dibalik sebuah kejadian. Sekarang Tuhan sedang memberikan ujian kesabaran dan keikhlasan. “Orang yang bergelar haji itu kan sabar. Dari sekarang Mbak Mariam diuji kesabarannya, sebelum menjadi haji,” pesan Nando ke Mariam.

Ia juga berpesan kepada para majikan yang non-muslim agar mendukung segala niatan baik yang ingin dilakukan ART, meski berbeda agama. Apalagi jika ART itu ingin menunaikan ibadah haji.

Kepada pemerintah, Nando berharap pemerintah terus berkoordinasi dengan pihak Arab Saudi mengenai kelanjutan haji ini. Bagaimana sistem haji tahun depan. Dikhawatirkan pandemi Covid-19 berlangsung lama.

Sementara itu, Dian Farlina menanggapi santai kebijakan pembatalan haji ini. Meski tidak jadi berangkat haji tahun ini, ia tidak marah atas kebijakan pemerintah. Menurutnya, kebijakan pemerintah menunda keberangkatan adalah benar.

Dian merupakan calon jemaah haji 2020 yang mendaftar sejak 2012. Butuh waktu bolak balik antara Kementerian Agama dan bank untuk memenuhi persyaratan. Hal itu cukup memakan waktu dan tenaganya. Sejak daftar di tahun 2012 sampai jadwal berangkat, dibutuhkan delapan tahun antrian. Adanya pandemi Covid-19, memaksanya untuk menunggu lebih lama setahun, menjadi sembilan tahun.

Kegagalan berangkat tidak membuatnya berkecil hati. Kejadian ini membuatnya bisa memperdalam ilmu tentang haji, menjaga fisik agar kuat menjalankan ibadah haji, dan menjalin ukhuwah dengan calon jamaah haji lainnya.

Ia berharap, Kementerian Agama dapat memperbarui informasi terus terkait haji secara berkala, misalnya melalui website haji. Informasinya yang diberikan harus detail. Contohnya, ia mendapat informasi bahwa paspor haji untuk diambil di kantor Kementerian Agama. Informasi tersebut, ia dapatkan dari sesama calon jamaah haji yang datang ke Kementerian Agama.

“Jika kami jemaah mandiri tidak ke Kementerian Agama, maka kami tidak akan dapat informasi ini. katanya, ambil paspor sekalian ambil buku manasik haji. Harapannya Kementerian bisa update informasi seperti ini secara online dan berkala, misalnya setiap pekan. Lebih baik lagi ada channel tanya jawab dengan petugas Kementerian Agama,” tutur Dian.

Tanggapan lainnya diberikan Dosen dan Praktisi Hukum Ekonomi Syariah yang enggan disebutkan namanya. Ia memaklumi sikap pemerintah yang membatalkan keberangkatan haji karena pandemi ini memang tidak bisa dipungkiri. Namun, ia menyayangkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Banyak berita memberitakan kurang koordinasi ini, hal itu membuat masyarakat resah.

Lebih lanjut, ia bercerita dirinya terus menerus memantau perkembangan haji, dari sebelum Covid-19 hingga Covid-19 ini masih berlangsung. Di suatu waktu, ia pernah merasa sempat bertanya-tanya, apakah haji ini masih terus berlangsung atau tidak. Ia sedang menangani proyek kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa yang harus dikerjakan Juli tahun ini. Karena waktu itu ia masih optimis haji berlangsung, proyek itu akhirnya ditunda, begitupun dengan pekerjaan lainnya.

Kejadian ini, menurutnya, bisa memberikan hikmah untuk semua pihak. “Buat introspeksi semua, buat antisipasi, tanggap darurat buat mitigasi. Ke depannya informasi yang diberikan ke masyarakat agar lebih baik lagi agar masyarakat tidak resah,” ujar calon jemaah haji plus ini.

Penulis: Aldi, Andika, Ishmah
Redaktur Pelaksana: Iqbal

Berita Lainnya