Jakarta, KNEKS - Dalam rangka menyambut tahun 2022, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menyelenggarakan Webinar Outlook Industri Keuangan Syariah Indonesia 2022 dengan tema “Pengembangan Industri Keuangan Syariah yang Kuat, Inovatif, dan Berkelanjutan.” Webinar ini diadakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai perkembangan dan dinamika industri jasa keuangan syariah di Indonesia selama tahun 2021, dan memberikan pencerahan terhadap prospek dan arah perkembangan industri jasa keuangan syariah di Indonesia pada tahun 2022.
Acara yang dilaksanakan pada hari Kamis (27/1) ini diselenggarakan melalui platform zoom webinar, dan dihadiri oleh 5 narasumber yang masing-masing berasal dari latar belakang berbeda yaitu regulator, pelaku industri, konsultan, hingga asosiasi. Webinar ini dihadiri oleh lebih dari 350 peserta yang hadir baik melalui Zoom Webinar maupun kanal Youtube KNEKS.
Direktur Eksekutif KNEKS, Ventje Rahardjo pada sambutannya menyampaikan, “Selama 2 tahun terakhir, industri keuangan syariah menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Selain dampak pandemi Covid-19 yang belum berakhir sampai hari ini, terdapat perlambatan ekonomi secara nasional selama 2 tahun ini yang tentunya berdampak pada industri keuangan syariah. Untuk menghadapi tahun 2022, diharapkan adanya perbaikan kinerja secara lebih baik lagi dari industri dan perekonomian secara nasional, termasuk industri keuangan syariah dengan melihat potensi serta tantangan- tantangan yang ada dengan strategi yang sesuai.”
Pembicara pertama adalah Inka B. Yusgiantoro selaku Kepala Departemen Riset Sektor Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan. Dalam materinya, Inka menyampaikan bahwa diharapkan untuk selalu positif thinking untuk mendorong peluang percepatan pemulihan perekonomian Indonesia (termasuk keuangan Syariah).
“Dampak dari covid yang akan menjadi endemi, namun efek buruknya semakin melemah,” ujarnya. Selain itu, ia juga menyampaikan perlunya dorongan inklusi dan literasi untuk mendukung perkembangan keuangan Syariah ditengah masyarakat Indonesia.
Pembicara kedua, Isnaeni Achdiat sebagai Partner Ernst & Young Indonesia, mengatakan, “Pemerintah bersama industri keuangan harus berfokus untuk berkolaborasi mengembangkan bisnis dan layanan berkualitas dalam ekosistem ekonomi Syariah.”
Lebih lanjut, Isnaeni mengungkapkan bahwa sektor IKNB Syariah masih memberi dampak yang terlalu kecil. Di samping itu, ia menyampaikan bahwa pengembangan Pasar Modal Syariah juga perlu lebih digencarkan melalui literasi serta menghadirkan Islamic Investment Bank di Indonesia.
Pembicara ketiga, yaitu Tatang Nurhidayat selaku Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menerangkan bahwa Outlook asuransi syariah di tahun 2021 jauh lebih baik dibanding 2020. Hal ini ditunjukkan oleh Risk Based Capital (RBC) dan solvabilitas cukup baik, serta bila dilihat dari sisi pertumbuhan aset mencapai 0,67%, dan klaim bruto sebesar 68,02%.
Selanjutnya, Tatang menyampaikan bahwa tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2022, selain mendorong pertumbuhan peserta baru, juga bagaimana melakukan retensi atas eksisting customer supaya tidak terjadi penarikan dana dalam jumlah besar dari premi yang dibayarkan. Di samping itu, beberapa tantangan lainnya adalah perlu dipersiapkan instrumen investasi jangka panjang, dukungan Qanun dan konversi beberapa BPD yang akan berdampak pada industri asuransi syariah, serta tantangan menghadapi kewajiban spin-off unit syariah perusahaan asuransi.
Selanjutnya, pembicara keempat, yaitu Budi Hikmat yang merupakan Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi, PT Bahana TCW Investment Management, menyampaikan bahwa pentingnya untuk mempersiapkan dana cadangan di tengah pandemi yang belum kunjung usai. Di samping itu, Budi menegaskan perlunya memperhatikan dinamika makroekonomi global serta volatility yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Kemudian, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sejak tahun lalu, investor asing keluar dari pasar SBN, sehingga kepemilikan SBN asing dibawah 20% seperti tahun 2010. Penurunan porsi ini turut berdampak pada nilai rupiah nantinya.
Terakhir, pembicara kelima yaitu Taufik Hidayat, Direktur Jasa Keuangan Syariah KNEKS, menjelaskan beberapa program kerja KNEKS serta upaya untuk mendorong sinergitas antara supply dan demand di industri keuangan syariah.
Dari sisi supply, yang didorong adalah Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan prinsip Syariah (KPBU), pengembangan Islamic Investment Bank, penguatan dan konsolidasi bank syariah, serta pengembangan instrumen Sukuk Daerah. Kemudian, dari sisi demand, terdapat beberapa aspek yang sedang diupayakan yaitu pengembangan layanan syariah jaminan sosial ketenagakerjaan, dana pensiun syariah, investasi syariah di BP Tapera, hingga mendorong Payroll ASN melalui perbankan syariah.
Setelah sesi pemaparan materi selesai, acara webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta kepada narasumber. Salah satu pertanyaan dari peserta ditujukan kepada Inka Yusgiantoro tentang prosentase pertumbuhan sukuk korporasi sebesar 14,5% apakah sudah memenuhi harapan OJK atas tingkat pertumbuhan sukuk korporasi serta bagaimana target pertumbuhan yang diharapkan dengan mempertimbangkan pandemi masih berlangsung.
Inka menyampaikan bahwa masih ada ruang banyak untuk ditingkatkan dibandingkan pasar saham. “OJK telah menerbitkan roadmap pasar modal Syariah 2020-2024. Didalam roadmap tersebut, salah satu arahan pengembangan yaitu meningkatkan ragam instrumen pasar modal Syariah, yang tidak terbatas dengan sukuk korporasi saja, guna mendukung pengembangan project infrastruktur di Indonesia, serta sinergi yang lebih erat dalam mendorong ekosistem industri halal.” ujar Inka.
Lebih lanjut, Taufik menambahkan bahwa KNEKS berkomitmen untuk terus bekerjasama dan bersinergi dengan stakeholders terkait untuk terus mendorong diversifikasi produk dan secondary market. Salah satu inisiasi KNEKS adalah mendorong hadirnya Islamic Investment Bank di Indonesia.
Sebagai informasi, rekaman acara ini masih bisa diikuti di laman YouTube KNEKS.
Penulis: Bazari Azhar Azizi
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain