Jakarta, KNEKS - Institusi keuangan syariah saat ini sedang diuji dengan adanya pandemi Covid-19, semua sektor terkena dampaknya. Begitupun juga negri-negri muslim yang berkomitmen mengedepankan ekonomi dan keuangan syariah sebagai ekosistem ekonomi.
Hal ini menginisiasi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) untuk berkolaborasi dengan Refinitiv mengadakan International Webinar Series - CEO Power Session: Impact of Coronavirus Pandemic on the Global Islamic Finance Industry, Selasa, (21/4)
Sebelumnya, Shaima Hasan (Proposition Manager Refinitiv ) mengatakan setiap negara memiliki dampak yang berbeda. Begitu pun dengan respon dan perspektif tiap negara juga berbeda untuk mengatasi wabah ini.
“Tujuan dari acara ini untuk mendapatkan pandangan dari para pemimpin lembaga keuangan syariah di dunia tentang dampak dari virus corona, serta strategi untuk bertahan dari wabah ini,” jelas Shaima ketika press conference.
Sutan Emir (Direktur Pendidikan dan Riset KNEKS) menyatakan acara ini akan menghasilkan white paper yang berisi ringkasan diskusi mengenai usulan-usulan yang dapat mengurangi dampak dari Covid-19 kepada keuangan syariah.“Tujuan dari acara ini untuk mendapatkan pandangan dari para pemimpin lembaga keuangan syariah di dunia tentang dampak dari virus corona, serta strategi untuk bertahan dari wabah ini,” jelas Emir.
“White paper akan diterbitkan dalam dua bahasa, yakni Indonesia dan Inggris. Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan manfaat dari apa yang disampaikan pembicara-pembicara dunia,” lanjut Emir.
Dalam acara yang berlangsung kurang lebih 120 menit ini menghadirkan beberapa para CEO atau direktur utama bank dari berbagai negara, diantaranya adalah Ventje Rahardjo (Direktur Eksekutif KNEKS), Mustafa Adil (Head of Islamic Finance Refinitiv), Ayman Sejiny (CEO Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD-IDB)), Chief Executive Officer Bahrain Islamic Bank (BisB), Ahmed Arsalaan (CEO HSBC Amanah Malaysia), dan Herwin Bustaman (Director of Islamic Business Unit Permata Bank).
Ayman Sejiny menjelaskan masalah besar keuangan syariah global saat ini adalah tentang likuiditas, ini yang menghambat laju pertumbuhan industri dan tentu memberi efek yang signifikan terhadap stabilisasi ekonomi. Untuk itu ICD berkomitmen siap membantu negara-negara anggota dalam menjaga stabilisasi pada masa Covid-19 ini.
“Hari ini ICD memiliki kekuatan fundamental dalam hal likuiditas, diversifikasi portofolio dan dukungan pemegangan saham. Secara khusus, kami memiliki sekitar $ 1,3 Miliar aset likuid, yang secara kumulatif merupakan lebih dari setengah dari total aset kami.” Jelas Aiman.
Selanjutnya, Ventje Rahardjo mengatakan pemerintah di Indonesia sebagai pembuat kebijakan saat ini telah mengeluarkan beberapa kebijakan strategis untuk mengurangi dampak Covid-19 untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Dampak sosial dan ekonomi dari Covid-19 telah memaksa para pembuat kebijakan untuk membuat pilihan sulit, serta memperkenalkan serangkaian paket stimulus dan bantuan untuk mengurangi dampaknya. Kebijakan yang diambil mencakup fleksibilitas penundaan pembayaran dan pembiayaan serta restrukturisasi dan rescheduling,” ujar Ventje
Ventje mengajak agar semua pihak tetap optimis dan percaya hal ini akan berakhir, dan saling bersinergi untuk memecahkan segala permasalahan yang ada akibat pandemi ini. Seraya mengutip sabda Nabi Muhammad Shallahu’alaihi Wassalam.
“Seorang mukmin, seolah mereka itu seperti satu tubuh, bila yang satu sakit, maka yang lainnya pun ikut merasakan sakit juga. H.R. Bukhari-Muslim.” tutup Ventje
Revinitiv melihat KNEKS sebagai lembaga strategis negara untuk ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Webinar ini dihadiri ribuan peserta dari berbagai negara. Diantaranya berasal dari Afrika Utara dan negara lainnya. Negara yang cukup banyak pesertanya berasal dari Indonesia.