Jakarta, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) telah berkomitmen untuk meningkatkan program edukasi ekonomi syariah sejak dini, khususnya dalam pengembangan literasi ekonomi syariah.
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh KNEKS dengan tema “Pentingnya Pendidikan Syariah Sejak Dini” Jumat (26/6), Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Paristiyanti Nurwardani yang menjadi salah satu narasumber mengharapkan untuk membudayakan nilai dan pembelajaran ekonomi syariah sejak dini, mulai dari PAUD, SD, SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Ia yakin masyarakat Indonesia sangat siap sekali untuk menumbuh kembangkan peradaban kedepan dengan basis ekonomi syariah.
Lebih lanjut, Paristiyanti mengungkapkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, tercantum sangat jelas, bahwa tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
“Baru kemudian, mencetak manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab dan juga mencintai Indonesia dan Pancasila, serta berbudaya untuk kepentingan bangsa,” ujar Paristiyanti.
Untuk mendukung kegiatan edukasi ekonomi syariah ini, Direktur Pendidikan dan Riset KNEKS Sutan Emir Hidayat mengatakan KNEKS telah menyusun strategi nasional tentang pengembangan materi edukasi untuk peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
“Dalam strategi tersebut, KNEKS memetakan edukasi dari usia yang paling rendah yakni dari umur 0-6 tahun dan paling tinggi di atas 56 tahun. Jadi, bagaimana kita bisa menanamkan konsep ekonomi dan keuangan syariah sesuai usianya.” jelasnya menegaskan.
Selain itu, KNEKS juga sudah mengidentifikasi bahwa akhir-akhir ini, alat-alat permainan atau gim, serta video terbukti dapat membantu meningkatkan literasi dan pemahaman masyarakat tentang ekonomi syariah.
Emir mengungkapkan KNEKS juga mendorong munculnya permainan edukasi ekonomi syariah sebagai media pembelajaran yang kreatif dan inovatif, karena cukup banyak permainan-permainan yang ada saat ini telah digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai dan praktek ekonomi syariah di Indonesia. Diantaranya adalah media pembelajaran yang berbasis audio dan video visual, seperti animasi Riko the Series dan Nussa Official.
Dalam kesempatan yang sama, Executive Producer Riko the Series Yuda Wirafianto yang menjadi salah satu narasumber menambahkan, perlunya untuk menghadirkan konten-konten film dan video yang smart, edukatif, kreatif dan berbasis syariah untuk dapat ditonton anak-anak Indonesia.
Apa yang diterapkan dalam animasi Riko the Series dapat menjadi contoh. Dalam animasi karya anak bangsa ini, durasi yang disajikan ke pemirsa tidak terlalu panjang agar pesannya lebih mudah diterima anak-anak.
Lebih lanjut, Yuda menjelaskan pentingnya melihat tren yang terjadi. “Pasar nasional maupun global perlu diperhatikan. Konten apa saja yang banyak digemari anak-anak,” imbuhnya.
Dengan menggunakan konten animasi, menurutnya, bisa menyampaikan pesan yang mudah dipahami oleh anak-anak. Mereka bahkan lebih cepat menghafal sesuai apa yang disampaikan dalam animasi tersebut.
Lain halnya dengan Pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia Mochamad Ariyo Faridh Zidni yang berkesempatan membagi pengalamannya sebagai pendongeng dalam acara webinar tersebut.
Untuk mendidik anak usia dini, ia menjelaskan bisa dengan cara mendongeng. Dongeng adalah salah satu metode komunikasi dengan cara bercerita. Dalam mendongeng atau bercerita sampaikanlah sesuatu secara jujur.
Jadi, bagi para orang tua, dalam menyampaikan sesuatu ke anak sampaikanlah secara jujur atau alami. Berhati-hatilah dalam berkata, berprilaku kepada anak karena semua itu akan diserapnya.
“Orang itu belajar dengan tiga tahapan. Dua tahapan pertama adalah mendengar dan melihat. lalu, ketiga adalah membaca. Jadi, ketika anak usia dini belum bisa membaca untuk belajar, maka fungsi yang dimaksimalkan adalah mendengar dan melihat. Untuk itu, bagi saya komunikasi yang menyenangkan itu adalah komunikasi yang baik dengan anak dan diawali dengan jujur,” ucap Ariyo.
Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah sampaikanlah dengan menyenangkan. Dengan begitu anak akan mengikuti nilai yang disampaikan orang tua.
Terkait pendidikan syariah usia dini, ia meminta kepada orang tua agar menyampaikannya secara sederhana, menyenangkan, gunakan bahasa yang dimengerti anak, dan sesuaikan dengan sudut pandang anak.
“Dengan menyenangkan, proses yang tidak buru-buru dan disampaikan dengan cara yang sederhana. Insya Allah akan mudah dipahami dan diterapkan.” ujar Ariyo.
Dalam kaitannya dengan Pendidikan juga, pendiri Karim Consulting Indonesia Adiwarman Azwar Karim yang juga menjadi narasumber mengatakan, dalam Pendidikan Islam peranan orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting.
Dalam Islam, untuk mendidik perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya yang utama perlu diajakarkan kepada anak adalah akhlak dan adab. Dan yang kedua sampaikanlah dengan cara yang menyenangkan ke anak.
“Pesannya dua, saat usia dini ajarkan adab, akhlak, tata karma, dan nilai Islam. Kedua, ajarkan dengan cara menyenangkan, membahagiakan,” ujar Adiwarman.
Mengedepankan proses pembelajaran dengan merujuk kepada nilai-nilai Pendidikan Islam, khususnya dalam Pendidikan syariah sejak dini sudah sangat tepat, namun juga perlu disampaikan dengan santun dan menyenangkan kepada anak-anak, sehingga ilmu dan nilai dalam ekonomi syariah dapat masuk kedalam hati, fikiran dan aktifitas keseharian anak-anak.
Pada kesempatan webinar ini juga hadir Kepala Divisi Dana dan Digital Banking BRI Syariah Wijayanto, sebagai narasumber yang menjelaskan bahwa perbankan syariah secara intens terus berkreasi dan berinovasi membuka produk layanan yang ramah untuk anak-anak dan remaja.
Contohnya dengan menyajikan tabungan khusus untuk pelajar, tabungan haji untuk anak, menyajikan layanan transaksi dengan pendekatan modern seperti mobile banking dengan fitur yang disukai anak-anak dan remaja, mengadakan kegiatan on air dan off air seperti Hijrah Fest, serta program manajemen mengajar diberbagai tingkatan sekolah.
Namun, Wijayanto juga menegaskan untuk mengedukasi sejak dini yang paling signifikan adalah peran orang tua.
“Sebagai contoh hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengedukasi anak-anak dengan cara melakukan pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sekolah melalui bank syariah. Orang tua juga bisa mengajarkan cara bertransaksi secara digital melalui bank syariah untuk pembayaran listrik dan memperlihatkannya kepada anak. Tunjukan bahwa bank syariah bisa melakukan hal-hal itu. Kami yakin cara ini membekas di memori anak,” pungkas Wijayanto.
Penulis: Aldi, Andika, Annisa
Redaktur Pelaksana: Iqbal